Senin, 14 November 2016

DAFTAR PERUSAHAAN PETERNAKAN AYAM TERBESAR DI INDONESIA

Industri bidang peternakan di Indonesia sudah mulai berkembang, hal ini tidak terlepas dari adanya pengaruh global di bidang pangan yang mengutamakan gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sehari hari. contohnya di bidang peternakan ayam yang mempunyai prospek yag cerah ke depan. selain produksi daging yag tidak begitu lama, konsumsi di indonesia pun terus meningkat. dengan adanya itu para wirausahawan banyak yang tertarik di bidang ini. Untuk itu saya akan mengulas sedikit tentang beberapa perusahaan peternakan ayam terbesar yang ada di indonesia.
PT. Charoen Pokphand Tbk
Charoen Pokphand Group (CP Group) merupakan perusahaan multinasional terkemuka, dengan diversifikasi usaha yang luas, dan berpusat di Thailand. Secara historis aktivitas utama CP Group adalah dalam sektor agribisnis yang mencakup produksi pakan ternak dan produk-produk unggas terkemuka di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, CP Group telah melakukan diversifikasi ke sektor telekomunikasi.
Kegiatan usaha CP di Indonesia, telah dirintis sejak tahun 1970. CP di Indonesia berhasil membukukan laba bersih yang sangat berarti, meskipun Indonesia menghadapi kesulitan ekonomi pada tahun 1998. Hal ini memperlihatkan profesionalisme dari manajemen CP Group, yang tidak hanya ditunjukkan di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain. Tidak seperti perusahaan multinasional lain yang pada umumnya cenderung untuk memusatkan kegiatan usahanya di daerah sekitar Jakarta dan Surabaya, CP di Indonesia melakukan investasi dan membangun fasilitas produksi yang tersebar di seluruh nusantara termasuk Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Hal ini tentu saja mendukung terciptanya lapangan kerja dan pengembangan ekonomi yang merata di seluruh nusantara. Pangsa pasar CP di bidang pakan ternak mencapai sekitar 35 %, dan sisanya dibagi oleh sekitar 10 perusahaan pakan lainnya. Pada tahun 2000, estimasi populasi ayam pedaging sekitar 800 juta dan ayam petelur sekitar 45 juta ekor.
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. merupakan salah satu perusahaan terbesar dan merupakan perusahaan publik yang bergerak pada industri agribisnis di Asia. Kantor pusat perusahaan multinasional ini berlokasi di Jakarta, Indonesia dimana fasilitas dan kegiatan operasional tidak hanya ada di Indonesia tetapi juga berada di beberapa negara yang memiliki potensi ekonomi yang baik seperti di India, Srilanka, Myanmar dan Vietnam.
Kegiatan bisnis Japfa Comfeed bergerak di bidang agribisnis yang meliputi pembudidayaan unggas, pengolahan udang dan untuk dikonsumsi seperti biskuit, kue kering, mint dan syrup. Usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan keunggulan bersaingnya, perusahaan ini melakukan integrasi sistem operasi upstreamdandownstream. Sebagai pelaksanaan integrasi vertikalnya, perusahaan tetap memperhatikan keamanan bibit dan menjaga kesinambungan penyaluran produk-produknya dengan harga stabil, tanpa terpengaruh oleh fluktuasi dalam penyaluran dan permintaan.
PT. Cipendawa Agroindustri Tbk
PT. Cipendawa Farm Enterprise merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan unggas. Usaha peternakan yang dijalani oleh Perseroan terintegrasi mulai dari proses pengolahan makanan ternak, pengembang-biakkan dan operasi pengolahan pabrik. Produk utama dari Perseroan adalah Day Old Chicks (DOC) dari bibit akhir dan bibit ayam (parent stock) untuk ayam pedaging (broiler) dan ayam petelur (layer). Perseroan merupakanfranchisedistributor eksklusif dari Hubbard Farms Research and Development dari Walpole, New Hampshire, Amerika Serikat dan DeKalb Poultry Research Inc, dari DeKalb, Illinois, Amerika Serikat, untuk Indonesia. Perseroan mendistribusi daging dan telur hasil kembang biakHubbard (Hubbard Broiler dan Hubbard Golden Cornet) dan telur hasil kembang biak Dekalb dari DeKalb-Warren S*x-Sal-Link (ayam petelur coklat) dan DeKalb XL-Link (ayam petelur putih). Perseroan mendiversifikasikan produknya ke dalam berbagai jenis: whole chicken, spring chicken, partings, boneless, chicken tulip, chicken slice, minced chicken meat.


Jumat, 11 November 2016

efek kehilangan berat dan lama periode penyimpanan pada penetasan telur bebek pekin

tulisan ini saya buat dari salah satu jurnal internasional yang saya baca dan meresumnya kembali dalam bentuk bahasa indonesia.


Efek berat telur tetas dan lama periode penyimpanan dalam kesuksesan penetasan telur pada bebek pekin


Abstrak

Studi ini mempelajari tentang efek berat telur tetas dan lama periode simpan dalam kehilangan berat pada telur,daya tetas, dan lama penetasan pada bebek pekin. Telur di golongkan menjadi 3 kelompok berdasarkan berat ( kecil. Sedang, dan besar). Lalu masing-masing kelompok di bagi menjadi 3 perlakuan berbeda dalam masa penyimpanan (5, 10, atau 15 hari). Dalam masa akhir penyimpanan, telur ditimbang satu persatu untuk mengetahui berat telur yang hilang. Waktu menetas,tingkat fertilitas,total tingkat daya tetas dan telur fertil,dan moralitas embrio dalam kesuksesan bertelur. penurunan berat badan telur selama periode penyimpanan secara signifikan dipengaruhi oleh berat telur dan lama periode penyimpanan (P <0,001, P <0,05). Perbedaan waktu menetas,tingkat fertilitas,total tingkat daya tetas dan telur fertil,dan moralitas embrio dalam kesuksesan bertelur dalam perlakuan masa simpan secara signifikan adalah (P < 0.001). hasil dari studi ini memperlihatkan effek dari berat telur tetas dan lama periode penyimpanan dalam penetasan hasilya tidak berbeda jauh dari jenis unggas lain. pada umumnya, penetasan lebih dipengaruhi oleh lama penyimpanan telur.
Introduction
Industri daging bebek diasia telah berkembang 3,5 % per tahun diatas angka global 3,2 % antara tahun 2000-2013. Meskipun, total populasi bebek lebih rendah di bandingkan ayam dan kalkun di dunia, daging bebek adalah salah satu daging yang tergolong mahal dalam kategori daging. Khususnya bebek pekin,yang menjadi perkembangan produksi daging di dunia.
Penetasan sangat penting dalam pemeliharaan dan peningktan dari produksi telur bebek. Kualitas anak bebek bergantung dari berat dan kualitas telur. Perawatan saat pengambilan telur dari penyimpanan itu penting, terutama efek dari waktu penyimpanan mempengaruhi keberhasilan penetasan telur. Studi sebelumnya telah membahas efek dari berat telur dan waktu penyimpanan terhadap ketahanan embrio, lama penetasan dan daya tetas, akan tetapi studi tersebut di fokuskan spesies unggas lain seperti pada ayam, kalkun dan puyuh. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk mempelajari tentang efek berat telur dan waktu penyimpanan terhadap berat yang hilang, tingkat daya tetas, dan lama penetasan terhadap bebek pekin.




Material dan Metode
Penelitian iini dilakukan di  Research and Experimental Farm of the Faculty of Veterinary Medicine, di Bursa. Total dati 675 telur telah di kumpulkan dari 110 induk bebek pekin yang berusia 55 minggu. Dengan sistem flock free range dan rasio satu jantan lima betina.
Setiap sore telur yang keluar di kumpulkan, disimpan pada flat dengan urutan terkecil dibawah, dibersihkan, dan di fungigasi. Telur yang di timbang di klaifikasi menjadi 3 kelompok dengan berdasarkan berat (kecil : 74-78 g; sedang : 79-83 g; besar : 84-88 g). Sebelum penyimpanan telur, telur di bagi lagi masing-masing kelompok berdasarkan beberapa jangka waktu yaitu 5, 10, 15 hari.

Telur dalam kemlompok  5,10 dan 15 hari dikumpulkan sebelum waktu awal inkubasi.Telur disimpan pada 14 - 15 ºC dan 75% RH dan diputar dua kali sehari. Semua telur ditimbang setelah penyimpanan untuk menentukan berat telur, dan dari masing-masing kelompok diinkubasi dalam setter dan hatcher untuk 28 hari. Nampan yang mewakili semua kelompok perlakuan berat telur dan periode penyimpanan didistribusikan di setter dan hatcher. setter dioperasikan pada 37,5 ± 0,5 ºC suhu bohlam kering dan suhu 29,0 ± 0,5 ºC bohlam basah. hatcher itu dioperasikan pada 37,0 ± 0,5 ºC suhu bohlam kering dan suhu 31,0 ± 0,5 ºC bohlam basah . Telur di inkubator ddan di putar 15 kali per hari.
Pada saat pemanenan anak ayam dari penetas semua telur yang belum menetas dibuka dan diperiksa secara makroskopik untuk menentukan persentase daya tetas telur yang fertile. periode perkembangan embrio dari embrio yang mati ditentukan pada masa [awal (0-6 hari), menengah (7-17 hari), akhir (18-28 d)]. Daya tetas telur yang fertil dihitung sebagai jumlah anak ayam menetas per fertilitas hasilnya dianggap sebagai "apparent fertility" (Taylor, 1998).
Daya tetas dan perkembangan embrio Data dianalisis dengan sistem ANOVA. Ketika interaksi signifikan, Duncan tes beberapa berarti perbandingan yang digunakan untuk membandingkan cara perawatan. Semua tes dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer SPSS® 13.00 (2004). Hasil untuk waktu penetasan, apperent fertility, total daya tetas dan telur fertil, dan kematian embrio dinyatakan sebagai nilai mean ± SEM.
Result
Efek utama dari berat telur dan panjang penyimpanan telur pada penurunan berat badan telur, apparent fertility, total daya tetas  dan telur fertile disajikan pada Tabel 1. Ada perbedaan yang signifikan dalam kehilangan berat telur selama penyimpanan karena efek utama dari berat telur dan perlakuan selama penyimpanan telur (P <0,05, P <0,001). Perbedaan apperent fertility dan total daya tetas dan telur fertil dan mortalitas embrio yang ditemukan signifikan karena efek perlakuan penyimpanan telur (P <0,001). Interaksi antara dua efek tersebut pada  penurunan berat telur, apperent fertility, daya tetas total dan telur fertil tidak signifikan.
kematian embrio dan waktu menetas dalam kelompok disajikan pada Tabel 2. Periode tengah kematian embrio dan jumlah kematian embrio secara signifikan dipengaruhi oleh efek utama perlakuan selama penyimpanan telur (P <0,001).

Discussion
Dalam penelitian ini, kehilangan berat telur selama penyimpanan secara signifikan dipengaruhi oleh efek utama dari lama penyimpanan telur. Kehilangan berat telur dalam penyimpanan 15 hari lebih tinggi daripada di penyimpanan 5 dan 10 hari. Hal itu diperkirakan karena penyimpanan lama akan meningkatka air yang menguap dari telur yang sudah lama. Perbedaan kehilangan berat telur juga dapat di pengaruhi oleh memburuknya kualitas telur bagian kerabang eksternal (retakan yang tak terlihat), terutama di kelompok berat yang besar.
Apperent fertility secara signifikan menurun (P <0,001) karena lama periode penyimpanan telur. Tidak ada pengaruh utama pada berat telur di apperent pertility, tetapi dijelaskan bahwa fertility tinggi diamati pada telur kelompok berat yang lebih besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, fertilitas 10 hari penyimpanan dengan kelompok berat telur besar dan  penyimpanan 5 hari pada semua kelompok berat yang mirip pada bebek pekin pada umur yang sama.
Dalam penelitian ini, total daya tetas telur secara signifikan dipengaruhi oleh efek utama dari lama penyimpanan telur.. Tidak ada pengaruh utama pada berat telur di total daya tetas telur. Seperti karakteristik daya tetas lainnya, ada perbedaan yang signifikan untuk daya tetas telur yang fertil dari waktu penyimpanan yang berbeda.
Daya tetas telur yang fertil tidak terpengaruh oleh berat telur pada bebek. Daya tetas telur yang fertil dan jumlah penyimpanan 5 hari pada semua kelompok berat telur. Jumlah kematian embrio telur dan waktu inkubasi dalam penelitian ini secara signifikan dipengaruhi oleh efek utama dari lama penyimpanan telur. Telah ditetapkan bahwa kematian embrio bahkan sebelum inkubasi dapat diukur dan kenaikan angka kematian sebagai waktu penyimpanan yang diperpanjang. kematian embrio dalam penyimpanan 15 hari lebih tinggi dari perlakuan penyimpanan lainnya, terutama di periode tengah. Perbandingan perlakuan penyimpanan menunjukkan bahwa telur yang di simpan di penyimpanan 5 hari menetas sekitar 1 hari sebelumnya (22,68 jam) dari penyimpanan 15 hari. Efek penyimpanan ini berkaitan dengan penurunan kualitas internal telur,  terutama pada albumen menurun dan ph albumen meningkat selama penyimpanan.
Tidak ada efek utama dari berat telur di total mortalitas embrio telur dan waktu inkubasi, tapi ditemukan bahwa kematian yang lebih tinggi terjadi dalam perlakuan berat telur menengah dan besar.

kesimpulanya, hasil penelitian ini jelas membuktikan bahwa penetasan berat telur dan lama penyimpana telur dipengaruhi sifat daya tetas bebek Pekin. Semua kelompok berat telur ditemukan cocok untuk daya tetas tersebut. Efek penyimpanan telur jangka panjang sebelum inkubasi memiliki efek yang merugikan pada daya tetas tersebut. Oleh karena itu, perlakuan penyimpanan 5 hari mungkin menjadi suatu metode yang cocok untuk untuk bebek Pekin.